Rambu Solo dalah upacara adat kematian
masyarakat Tana Toraja yang bertujuan untuk menghormati dan
menghantarkan arwah orang yang meninggal dunia menuju alam roh, yaitu
kembali kepada keabadian bersama para leluhur mereka di sebuah tempat
peristirahatan. Upacara ini sering juga disebut upacara penyempurnaan
kematian karena orang yang meninggal baru dianggap benar-benar meninggal
setelah seluruh prosesi upacara ini digenapi. Jika belum, maka orang
yang meninggal tersebut hanya dianggap sebagai orang “sakit” atau
“lemah”, sehingga ia tetap diperlakukan seperti halnya orang hidup,
yaitu dibaringkan di tempat tidur dan diberi hidangan makanan dan
minuman bahkan selalu diajak berbicara.
Puncak
dari upacara Rambu solo ini dilaksanakan disebuah lapangan khusus.
Dalam upacara ini terdapat beberapa rangkaian ritual, seperti proses
pembungkusan jenazah, pembubuhan ornament dari benang emas dan perak
pada peti jenazah, penurunan jenazah ke lumbung untuk disemayamkan, dan
proses pengusungan jenazah ke tempat peristirahatan terakhir.
Selain itu, dalam upacara adat ini terdapat berbagai atraksi budaya
yang dipertontonkan, diantaranya adu kerbau, kerbau-kerbau yang akan
dikorbankan di adu terlebih dahulu sebelum disembelih, dan adu kaki. Ada
juga pementasan beberapa musik dan beberapa tarian Toraja.
Kerbau yang disembelih dengan cara menebas leher kerbau hanya dengan
sekali tebasan, ini merupakan ciri khas masyarakat Tana Toraja. Kerbau
yang akan disembelih bukan hanya sekedar kerbau biasa, tetapi kerbau
bule “Tedong Bonga” yang harganya berkisar antara 10 – 50 juta per ekornya.
Upacara adat ini biasanya dilaksanakan di Kampung Bonoran, Desa Ke’te’ Kesu’, Kecamatan Kesu’, Tana Toraja.
0 komentar:
Posting Komentar